Tidak semua karakter film era 80-an mampu bertahan dalam ingatan para penggemarnya, apalagi ketika dibawa kembali ke dunia video game. Namun RoboCop: Rogue City membuktikan bahwa sang polisi setengah manusia, setengah mesin ini masih punya tempat di hati para gamer modern. Dengan mengusung tampilan visual mengesankan, nuansa retro-futuristik yang setia pada akar film aslinya, serta gameplay solid yang menempatkan kekuatan dan keadilan di tangan pemain, game ini sukses menjadi salah satu kejutan menyenangkan di tahun perilisannya.
Dikembangkan oleh Teyon dan diterbitkan oleh Nacon, RoboCop: Rogue City adalah game first-person shooter yang mengajak pemain masuk ke balik helm Alex Murphy—seorang polisi yang dibangkitkan sebagai cyborg oleh korporasi OCP—untuk membersihkan kota Detroit dari kejahatan yang merajalela. Ini bukan game adaptasi sembarangan, melainkan surat cinta digital kepada waralaba klasik yang tetap relevan dalam dunia serba teknologi dan distopia sosial saat ini.
Kembali ke Detroit, Kota yang Lelah Tapi Belum Menyerah
Setting utama dalam Rogue City adalah kota Detroit versi masa depan yang suram dan rusak, tempat kejahatan menjadi bagian dari rutinitas harian dan polisi sering kali menjadi pion bagi kepentingan perusahaan besar. Visual kota ini dirancang dengan atmosfer khas film noir futuristik, di mana cahaya neon, gang kumuh, dan korupsi menjalar di setiap sudut.
Detroit di game ini bukan hanya latar belakang, tapi dunia yang bisa dijelajahi secara semi-open-world. Ada misi utama, misi sampingan, dan interaksi dengan NPC yang membuat dunia tokped777 terasa hidup dan imersif. Kamu bisa menyelidiki TKP, memburu pelaku kriminal, menghadapi keputusan etika, atau sekadar berpatroli dan berinteraksi dengan warga kota. Ini memberikan kedalaman yang tidak selalu ditemukan dalam game aksi linier.
Peter Weller Kembali Mengisi Suara, Nostalgia Tingkat Tinggi
Satu elemen yang benar-benar memperkuat nuansa otentik Rogue City adalah kembalinya Peter Weller sebagai pengisi suara RoboCop. Aktor legendaris yang memerankan Alex Murphy dalam film aslinya memberikan nuansa emosional dan gaya bicara ikonik yang langsung membangkitkan nostalgia.
RoboCop di sini bukan sekadar karakter playable—dia adalah simbol keadilan dingin dengan hati manusia yang masih hidup di balik lapisan baja. Teyon berhasil menghidupkan kembali konflik internal Murphy yang terjebak antara kode etik polisi dan batasan sistem yang tertanam dalam dirinya sebagai produk korporat.
Dengan ekspresi kaku yang disengaja dan gerakan robotik yang ikonik, game ini secara konsisten menjaga tone karakter RoboCop agar tetap setia pada film orisinal. Namun, berkat engine visual modern, detail wajah, armor, dan animasi juga ditingkatkan untuk menghadirkan sosok RoboCop yang meyakinkan secara estetis dan teknis.
Gameplay First-Person Shooter yang Berat dan Brutal
Satu hal yang langsung terasa saat bermain Rogue City adalah beratnya kontrol karakter. RoboCop bukan karakter cepat atau lincah seperti agen rahasia atau tentara elite di game FPS lainnya. Sebaliknya, dia berjalan perlahan namun pasti, dan setiap langkahnya seperti palu godam yang menabrak tanah. Ini bukan kelemahan, tapi identitas.
Kamu akan menghadapi musuh dengan kekuatan besar, menggunakan Auto-9 pistol khas RoboCop, senjata brutal dengan daya tembak tinggi yang bisa dimodifikasi. Selain senjata utama, pemain juga bisa menggunakan beragam senjata lain yang diambil dari musuh, dari shotgun hingga peluncur granat.
Gameplay-nya sangat memuaskan, apalagi saat kamu menghabisi musuh dengan efek ragdoll yang realistis. Tembakan di kepala, lemparan ke tembok, hingga momen slow-motion saat melumpuhkan penjahat menghadirkan sensasi power fantasy yang kuat, membuatmu benar-benar merasa seperti mesin penegak hukum tak terkalahkan.
Fitur RPG Ringan yang Memberi Kedalaman
Meski fokus utama adalah aksi dan penegakan hukum, Rogue City juga menyematkan unsur RPG ringan yang memperkaya pengalaman bermain. Pemain bisa menaikkan level, membuka skill baru, dan meningkatkan kemampuan RoboCop—mulai dari kekuatan fisik, efisiensi senjata, sistem targeting, hingga kemampuan hacking.
Tak hanya itu, kamu juga akan diberikan pilihan dialog dan keputusan yang memiliki dampak pada reputasi dan hubungan dengan karakter NPC. Beberapa keputusan bisa membuka atau menutup jalur misi tertentu. Misalnya, memilih untuk bersikap manusiawi terhadap korban atau tetap dingin sesuai protokol robot akan memengaruhi bagaimana warga dan rekan kerjamu memandang dirimu.
Aspek ini tidak terlalu kompleks seperti game RPG berat, tapi cukup memberi warna dan nuansa moral di tengah kekacauan Detroit.
Misi Sampingan dan Investigasi yang Menarik
Selain aksi tembak-menembak, Rogue City juga memberikan pengalaman sebagai detektif robot. Kamu bisa melakukan investigasi kriminal, memindai lokasi kejahatan, mencari petunjuk, dan menganalisis bukti untuk menyelesaikan kasus. Beberapa kasus ini akan membawamu pada kisah-kisah kecil yang menyentuh atau menggambarkan betapa dalamnya korupsi dan keputusasaan warga Detroit.
Contoh menarik adalah investigasi tentang hilangnya anak remaja yang ternyata terlibat dalam peredaran narkoba oleh geng jalanan. Kasus seperti ini membuka sisi emosional RoboCop yang masih memiliki hati seorang manusia—Alex Murphy—di balik rangka logamnya.
Visual yang Memukau dalam Skala Medium
Meski bukan game dengan anggaran sekelas AAA besar, Rogue City tampil mengesankan secara visual. Menggunakan Unreal Engine 5, pencahayaan dan tekstur tampil detail dan atmosferik. Desain kota, kendaraan, senjata, hingga efek ledakan dan partikel terasa sinematik dan memanjakan mata.
Cutscene sinematik dihadirkan dengan gaya klasik, dan tidak jarang membuat kita merasa seperti sedang menonton sekuel film RoboCop yang belum pernah ada. UI juga dirancang minimalis dan futuristik, dengan tampilan ala sistem internal RoboCop yang menunjukkan data, status misi, dan notifikasi dalam gaya interface dalam helmnya.
Soundtrack dan Audio yang Mendukung Atmosfer
Selain penampilan Peter Weller, audio dalam game ini juga sangat diperhatikan. Suara tembakan terdengar menggelegar, efek logam saat bergerak memberi kesan berat dan otoritatif, dan latar musik synth 80-an mengiringi setiap pertempuran serta patroli dengan gaya yang pas.
Kamu akan mendengar deru sirene, teriakan warga, radio polisi, dan percakapan acak di jalanan Detroit yang semuanya membantu membangun atmosfer kota yang rusak namun tetap penuh harapan.
Kritik dan Ruang Perbaikan
Meski dipuji karena kesetiaannya pada sumber aslinya dan pengalaman bermain yang menyenangkan, Rogue City tidak tanpa kekurangan. Beberapa pemain melaporkan bug minor seperti animasi NPC yang aneh, AI musuh yang kadang mudah dieksploitasi, serta momen pacing yang lambat dalam bagian investigasi.
Namun Teyon menunjukkan komitmen yang tinggi dalam memberikan patch dan perbaikan sejak perilisan awal, serta mendengarkan umpan balik komunitas secara aktif. Dengan beberapa update dan penyempurnaan, game ini berpotensi menjadi cult classic seperti Terminator: Resistance—game sebelumnya yang juga dikembangkan oleh studio yang sama.
Kesimpulan: RoboCop yang Layak Kembali ke Layar
RoboCop: Rogue City adalah contoh luar biasa dari adaptasi film ke dalam game yang dilakukan dengan penuh cinta dan pemahaman terhadap materi sumbernya. Ini bukan hanya sekadar penampilan karakter ikonik dalam gameplay generik, melainkan sebuah usaha sungguh-sungguh untuk membuatmu merasa “You are RoboCop.”
Dari atmosfer yang gelap, cerita yang padat, gameplay yang memuaskan, hingga kehadiran Peter Weller yang menyentuh nostalgia, game ini adalah wajib coba bagi penggemar seri klasik, pecinta game aksi, maupun pendatang baru yang penasaran dengan dunia brutal penuh keadilan dingin.
Dalam dunia game yang sering kali dipenuhi karakter cepat, gesit, dan penuh akrobat, RoboCop: Rogue City datang dengan langkah berat dan pesan sederhana: “Serve the public trust. Protect the innocent. Uphold the law.”